Sobat AgriVisi, petani milenial semakin menunjukkan perannya dalam bidang agribisnis dengan kembali mencetak prestasi. Kali ini generasi muda pertanian asal Pacitan, Jawa Timur berhasil mengembangkan gula aren dengan sukses meraih omzet belasan juta rupiah dan menembus pasar global, salah satunya Kanada.

 

Dia adalah Gusti Ayu Ngurah Megawati, pelaku usaha muda pertanian dari Kabupaten Pacitan. Petani milenial yang akrab disapa Mega ini menceritakan kisah suksesnya mengembangkan gula aren sejak pertengahan pandemi, tepatnya di bulan Mei 2020.

 

Mega yang termotivasi melihat potensi di desanya, mencoba memaksimalkan pohon aren. Pohon bernama latin Arenga pinnata ini merupakan salah satu pohon konservasi yang sangat baik untuk lingkungan.

 

“Potensi aren sangat besar. Jika hanya dibiarkan, bisa saja akan hilang dan tinggal legenda. Padahal, peminat gula aren saat ini sedang hits-hitsnya,” kata Mega.

 

Ia menambahkan, aren sangat potensial pemanfaatannya, khususnya sebagai substitusi komoditas gula tebu. Karena itu, Mega mulai mengembangkan aren untuk pasar ekspor.

 

”Menurut informasi dari buyer (pembeli) saya, pun di luar negeri mulai banyak yang beralih ke gula aren ini untuk konsumsi pengganti gula tebu. Dari sisi ekonomi pun menurut saya bisa menjadi pendapatan harian para petani. Bayangkan saja, satu hari 2 kali penderesan,” urainya senang.

 

Selain itu, pohon aren dapat dimanfaatkan sebagai pohon konservasi yang sangat berpengaruh baik untuk ekosistem alam di suatu wilayah. Dan sejak jaman dulu, pohon aren tergambarkan di relief beberapa candi.

 

Mega menerangkan, “Produk turunan atau hasil olahan yang telah kami hasilkan ada 6 varian, seperti cetak keping, mini cube, cair (liquid), semut (bubuk), kopi gula aren, dan jahe merah gula aren (bubuk).”

 

Yang membedakan atau keunggulan produk gula aren Pacitan ini, lanjut Mega, terbuat dari nira aren asli dengan ciri khas rasa yang tidak ada di daerah lain. Pasalnya, laru yang dipakai di bumbung menggunakan cacahan temulawak dengan pengolahan di satu rumah produksi sesuai SOP.

 

“Tak hanya itu, saat ini produk kami telah mengantongi legalitas PIRT, HALAL MUI, Uji lab Sucofindo, BPOM, dan proses SNI produk dari Badan Standarisasi Nasional,” ungkapnya semringah.

Gusti Ayu Ngurah Megawati, sukses mengekspor gula aren ke Kanada – Kementan

Mega pun berharap penuh dukungan pemerintah untuk sertifikasi organik. Sertifikat organik sangat penting untuk pemasaran, khususnya untuk segmen ekspor.

 

“Ke depan kami harapkan support dari pemerintah pusat khususnya seperti program sertifikat organik karena selama ini banyak permintaan dari buyer yang mengharuskan memiliki sertifikat tersebut,” ulasnya.

 

Mega menjelaskan, potensi aren di Pacitan sangat banyak. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku ekspor aren, saat ini ia fokus di satu kelompok tani yang kita bentuk beranggotakan 70 petani aren.

 

”Kami ada 2 Kelompok tani, yaitu kelompok tani hutan aren lestari dan kelompok tani akur 10. Konsep usaha yang saya terapkan green business (bisnis berkelanjutan). Bulan Februari 2023 lalu, kita sudah ekspor gula aren cair (liquid arenga palm sugar) sebanyak 1,3 ton ke Kanada,” tuturnya.

 

Untuk lebih mengenalkan produk olahannya ke pasar, mega melakukan berbagai macam promosi. “Tentu promosi kita lakukan salah satunya melalui sosial media pastinya, reseller, dan beberapa e-comerce seperti Shopee, Tokopedia, dan Alibaba.com, serta website kami www.gulaarentemon.com,” terangnya.

 

Mega menekankan, sudah saatnya generasi muda terlibat langsung untuk mengembangkan aren. Dari hulu ke hilir, para millenial bisa memilih jalur mana yang mau dikerjakan tentunya sesuai minat dan bakat.

 

Generasi milenial saat ini, ungkap Mega, cenderung lebih fokus di lini pemasaran. Namun, tentu saja onfarm harus tetap dikerjakan.

 

”Untuk menarik minat milenial, saya lakukan dengan membentuk kelompok, diversifikasi produk, dan sebagainya. Jadi, anak-anak dari petani penderes mulai mau belajar mengikuti jejak orang tua meskipun tidak semua. Semoga ke depannya semakin banyak,” terangnya.

 

Mega berharap pemerintah terus berperan aktif memberikan solusi terhadap berbagai tantangan di lapangan. Misalnya dalam hal komoditas aren yang sudah mulai langka, sertifikat produk (organik), meningkatkan sarpras produksi kelanjutan produk turunan, dan pengadaan bibit aren yang bisa tumbuh cepat, misal genjah. Sebab, aren lokal memerlukan puluhan tahun untuk masa panennya.

 

”Dan tentunya perlu informasi tentang pameran produk perkebunan di dalam negeri maupun luar negeri sehingga bisa membuka pasar bagi kami ke depannya. Atau, mungkin program bela-beli produk turunan perkebunan sehingga terjadi perputaran ekonomi yang signifikan,” tutur Mega.

 

Sementara itu, Dirjen Perkebunan, Kementerian Pertanian, Andi Nur Alamsyah, pihaknya terus berupaya mendorong dan meningkatkan nilai daya saing komoditas perkebunan agar semakin merambah ekspor pasar dunia. Tidak dapat dipungkiri, komoditas perkebunan banyak dilirik dan diminati.

 

Pekebun termasuk generasi muda harus semakin kreatif berkreasi dan berinovasi melahirkan produk-produk olahan komoditas perkebunan yang memiliki banyak turunan baik dari energi, kesehatan, hingga pangan. Tentunya, dengan memenuhi standar ramah lingkungan yang berkualitas, aman, dan sehat untuk dikonsumsi, serta dikembangkan secara berkelanjutan demi memenuhi permintaan pasar global terhadap produk perkebunan dan pada akhirnya berdampak positif terhadap pendapatan petani.

 

Andi Nur menambahkan, aren ini menjadi fokus pengembangan Ditjen Perkebunan untuk ekspor, terutama dimanfaatkan sebagai komoditas substitusi gula tebu. Karena pertimbangan kesehatan, menjadikan gula aren ini terus diminati pembeli di luar negeri.

 

Pihaknya terus berupaya memfasilitasi petani yang khususnya berorientasi ekspor untuk lebih mengembangan pasar aren baik di dalam maupun luar negeri.

 

”Kita fasilitasi akses pasar, promosi, alat pascapanen dan pengolahan, serta pengembangan sertifikat produk organik melalui pengembangan desa organik di beberapa sentra produksi. Kami harapkan rekan-rekan pelaku usaha dan dinas yang membidangi perkebunan di provinsi dan Kabupaten dapat mengidentifikasi potensi produksi, areal, dan petani yang terlibat untuk dapat kita petakan produk keunggulan daerah yang berorientasi ekspor,” pungkasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here