Kebutuhan kedelai sebagai bahan baku untuk produksi tempe dan tahu setiap tahunnya semakin bertambah. Karena itu, pemenuhan kedelai secara mandiri sangat diperlukan bagi ketahanan pangan nasional.
Peningkatan produksi kedelai memang tidak mudah untuk dilakukan. Pasalnya, kedelai masih diposisikan sebagai tanaman penyelang atau selingan bagi tanaman utama seperti padi, jagung, tebu, tembakau, dan bawang merah.
Untuk melepaskan Ketergantungan kedelai impor, Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong para petani meningkatkan kualitas dan produktivitas. Menurut Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), konsumsi kedelai impor cukup tinggi karena harganya jauh lebih murah dibandingkan kedelai lokal.
Saat ini kenaikan harga kedelai terjadi secara global sehingga menimbulkan kendala di pasar lokal.
“Masyarakat kita rata-rata pemakan tahu tempe jadi kedelai ini tidak boleh bersoal. Kita segera lakukan langkah konkret sebagai upaya menstabilkan harga dulu. Mudah-mudahan harga stabil bukan hanya di Jakarta namun di Jawa, serta daerah lain juga,” jelas Mentan SYL.
Ia pun mendorong perajin tahu tempe untuk menggunakan kedelai lokal pasalnya kualitas lebih bagus daripada kedelai impor.
“Kami siapkan pasokan kedelai lokal, produksi kita genjot. Kedelai kita pendek-pendek, manis, dan disukai masyarakat sehingga ke depan dorong budidayanya. Sesuai arahan Presiden Jokowi, hal ini untuk penuhi kebutuhan pengrajin tahu tempe. Kita carikan jalan keluarnya agar harga tahu tempe dengan kedelai lokal harganya terjangkau,” tuturnya.
Menurut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, diversifikasi pangan lokal sangat dibutuhkan. Utamanya untuk meningkatkan eksistensi produksi dengan buat organik.
“Harga kedelai bagus, ayo tanam kedelai segera” ujar Dedi memberi semangat para petani kedelai pada acara Mentan Sapa Petani dan Penyuluh Pertanian (MSPP) volume 09 “Prospek Tanam Kedelai”, Jumat (11/03/2022).
Saat ini, tambahnya, Kementan terus mendorong peningkatan kualitas produksi kedelai.
Suwandi, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan mengatakan, akselerasi tanaman kedelai untuk petani yang existing, perbenihannya terus ditingkatkan.
“Diperlukan pengenalan daerah baru yang dulu pernah ikut program tanam tumpang sari, metuk dengan tanam jagung dan tanam kedelai,” jelas Suwandi.
Narasumber lainnya, Hugo Siswaya, Sekjen Gakoptindo mengungkap, stok kedelai berada pada petani, kelompok tani, pengepul atau bandar. Namun, harga kedelai lokal sangat bergantung pada perkembangan harga impor.
“Gakoptindo siap menjadi off taker atau pembeli kedelai hasil produksi petani,” jelas Hugo.
Hugo menambahkan, saat ini posisi Gakoptindo dan Primkopti berada pada level dan penyalur kecil. Sehingga, sangat tidak mungkin mampu mempengaruhi harga kedelai.
Niken, mewakili Kementerian Perdagangan menjelaskan, kenaikan harga kedelai karena inflasi. “Kenaikan harga kedelai dapat dimanfaatkan sebagai momentum untuk meningkatkan produksi lokal,” terangnya.
Ia menjelaskan, faktor yang mempengaruhi perhitungan harga kedelai di tingkat pengecer di antaranya harga kedelai internasional, harga di tingkat importir, dan harga di tingkat pengrajin.