Ketersediaan jagung kerap menjadi polemik di musim penghujan. Pasalnya, harga jagung, khususnya jagung pakan, meninggi hingga menembus Rp5.000/kg di tingkat petani. Tak ayal, para peternak unggas yang meramu sendiri pakannya kesulitan dengan melambungnya harga bahan baku pakan.
Bagaimana sebenarnya road map (peta jalan) produksi jagung nasional?
Menurut Indra Rochmadi, Koordinator Jagung dan Serealia Lain, Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan), Kementan telah menyusun Road Map Jagung dari tahun 2020-2024. Pada 2020 produksi jagung dengan kadar air 25 persen sebanyak 22,92 juta ton pipilan kering, tahun 2021 23 juta ton, tahun 2022 23,1 juta ton, tahun 2023 30 juta ton, dan tahun 2024 35,3 juta ton.
Pada webinar Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) “Strategi Pengembangan Produksi dan Stabilisasi Jagung Nasional”, Indra melanjutkan, luas tanam jagung yang harus dicapai di 2022 sekitar 4.265.068 juta ha dengan luas panen 4.117.497 ha, produksi 23.103.448 ton, dan produktivitas 5,61 ton/ha.
Untuk mencapai target produksi itu, pemerintah membuat strategi perluasan areal tanam (esktensifikasi), peningkatan intensifikasi, pengembangan korporasi petani jagung memanfaatkan kredit usaha rakyat (KUR), pengembangan food estate, mendekatkan sentra produksi ke pengguna, mengendalikan impor jagung, stabilitas harga di tingkat petani, dan kontinuitas pasokan jagung ke pabrik pakan dan industri pangan.
Peningkatan intensifikasi diantaranya dengan penggunaan benih produktivitas tinggi, pengunaan pupuk berimbang, dan meningkatkan pemanfaatan lahan atau peningkatan indeks pertanaman (IP). “Dengan terbatasnya anggaran, kami juga mendorong petani untuk memanfaatkan kredit usaha kakyat melalui korporasi petani,” katanya.
Indra mengakui, potensi peningkatan produksi jagung dalam negeri cukup besar. Misalnya, dengan memanfatakan lahan kering yang belum optimal. Saat ini baru 19 persen lahan kering yang dimanfaatkan. Selain itu, agroklimat Indonesia sesuai untuk budidaya jagung. “Teknologi dan inovasi jagung juga sudah cukup banyak,” ulasnya.
Di tahun ini, sambung Indra, pemerintah menyiapkan 4 program strategis untuk mendukung peningkatan produksi jagung nasional. Yakni, mendorong pengembangan budidaya jagung hibrida, budidaya jagung wilayah khusus, pengembangan jagung pangan, serta kawasan sentra produksi pangan atau food estate atau pertanian terintegrasi.
Pengembangan budidaya jagung hibrida seluas 352.500 ha. Budidaya jagung di wilayah khusus mencapai 12 ribu ha yang bekerja sama dengan Perhutani, Inhutani, BUMN, perusahaan perkebunan, perusahaan pakan ternak, lembaga pemerintah, lembaga nonpemerintah, dan lainnya.
Jagung pangan seluas 9.000 ha dengan dukungan benih komposit dan hibrida. Pengembangan jagung pangan untuk mendukung program diversifikasi pangan. Terakhir, kawasan food estate seluas 8.098 ha, khususnya di Sumba Tengah, NTB.