Tim Program Kreativitas Mahasiswa Video Gagasan Konstruktif (PKM-VGK) IPB University mengembangkan Sea Cages Technology and Export Aquaculture atau disebut SeaScape. Gagasan ini diharapkan mampu menjadi solusi bagi permasalahan kegiatan marikultur di Indonesia. Terkhusus, teknologi pembesaran lobster guna memaksimalkan hasil potensi marikultur melalui pemanfaatan sumber daya laut dengan menggunakan energi terbarukan yang ramah lingkungan.

 

Selain itu, konsep SeaScape juga dapat membidik penguatan kerja sama dalam mendorong perdagangan internasional dan peningkatan ekspor negara. Gagasan ini telah mendapat dana dari Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) RI.

 

“Pengembangan gagasan Sea Cages Technology and Export Aquaculture ini berawal dari produktivitas budidaya pembesaran lobster di Indonesia yang masih rendah. Beberapa permasalahan utama dalam budidaya lobster adalah kurangnya pemanfaatan teknologi serta potensi lahan perikanan budidaya air laut atau marikultur yang belum optimal,” ujar Shinta Dwi Rahmawati, salah satu mahasiswa IPB University penggagas SeaScape.

 

Gagasan ini dikembangkan oleh Shinta bersama Suden Bahaudin dan Rizky Naufal Hamdi, di bawah bimbingan Mochamad Tri Hartanto, SPi, MSi, dosen IPB University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).

 

Rizky menjelaskan, Sea Cage Technology merupakan media pembesaran lobster di daerah pesisir pantai yang dilengkapi dengan AI Technology untuk mendeteksi kesehatan, tingkah laku, hingga kualitas air dalam keramba jaring apung (KJA).

 

“Inovasi ini memberikan lima fitur utama, di antaranya seperti automatic feeding machine, electric collecting system, automatic harvesting machine, sorting center, dan operating house. Selanjutnya, lobster dewasa yang telah dipanen didistribusikan melalui Fish Export, yaitu jasa yang mampu menjamin kualitas lobster yang dikirim karena melalui proses quality control serta menyediakan jasa pengiriman ke berbagai negara,” imbuh Rizky.

 

Dalam pengimplementasiannya, dibutuhkan kerja sama dari pihak-pihak terkait, meliputi investor, akademisi, media, pemerintah dan nelayan.

 

Menurut Suden, Sea Cages Technology and Export Aquaculture ini menggunakan sistem kemitraan. SeaScape menjalin kerja sama dengan nelayan yang bertugas menyediakan Benih Bening Lobster (BBL) untuk awal produksi pembesaran lobster.

 

“Selain itu, para mitra/nelayan memiliki tugas untuk menyediakan pakan lobster berupa ikan rucah dan kerang-kerangan setiap harinya secara bergantian antara mitra/nelayan yang satu dengan yang lainnya. Masyarakat akan mendapatkan keuntungan dari penjualan BBL kepada SeaScape dan mendapatkan keuntungan bagi hasil setelah dilakukan proses panen,” ucapnya.

 

Karya Sinematografi dari Sea Cages Technology and Export Aquaculture sudah memiliki hak cipta dengan Nomor EC00202264933 pada Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi (LKST), IPB University.

 

SeaScape memiliki potensi berkelanjutan karena sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), tepatnya tujuan 14 target 14.7, yaitu ‘Meningkatkan manfaat ekonomi dari pemanfaatan sumber daya laut yang berkelanjutan’, tujuan 7 target 7b, yaitu ‘Memperluaskan infrastruktur dan meningkatkan teknologi untuk penyediaan layanan energi modern dan berkelanjutan bagi semua negara-negara berkembang’, serta tujuan 17 target 17.11 yaitu ‘Secara signifikan meningkatkan ekspor dari negara berkembang’.

 

Keyword: SeaScape, Sea Cages Technology and Export Aquaculture, Mahasiswa IPB
Kategori SDGs: SDGs 4, SDGs 14, SDGs 9

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here