Sobat AgriVisi, Indonesia bercita-cita menjadi produsen utama rumput laut dunia lo!
Karena itu, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengintensifkan teknologi kultur jaringan (kuljar) guna meningkatkan produksi bibit rumput laut.
Jika teknologi kuljar dikembangkan dengan maksimal, harapannya negara kita dapat menjadi produsen rumput laut nomor satu di dunia.
Berdasarkan rilis FAO 2020, saat ini Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua di dunia di bawah China dan memasok bahan baku rumput laut khusus untuk jenis Euchema cottonii. Melihat kondisi iklim dan lahan, sangat berpotensi untuk terus meningkatkan produksi rumput laut yang ada.
“Kebutuhan rumput laut terus meningkat, baik untuk dalam negeri maupun pasar ekspor. Untuk itu, terus kami kembangkan salah satunya dengan peningkatan produksi bibit rumput laut agar produksinya bisa terus ditingkatkan,” ujar Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Tb Haeru Rahayu.
Pasalnya, tambah pria yang akrab disapa Tebe itu, pengembangan bibit rumput laut sangat urgen. Sebab jika kualitas bibit rumput laut kurang baik, akan mempengaruhi kualitas dan produksi rumput laut itu sendiri.

Untuk itu Sobat AgriVisi, DJPB pun telah membangun laboratorium kultur jaringan di 6 UPT yakni BBPBAP Jepara, BBPBL Lampung, BPBAP Takalar, BPBL Lombok, BPBL Ambon dan BPBAP Situbondo. “Dengan kualitas bibit yang bagus, tidak rentan, hasil lebih baik, otomatis produktivitas bisa terus meningkat,” tambah Tebe.
Alasan membangun laboratorium tersebut karena metode kultur jaringan dilakukan di dalam laboratorium sehingga tidak bergantung pada kondisi musim. Selain itu, metode kultur jaringan yang menumbuhkan individu baru dari potongan jaringan, akan menghasilkan bibit yang bersifat sama persis dengan induknya.
Metode ini memungkinkan untuk mendapatkan bibit berkualitas sesuai dengan induknya dan membawa sifat-sifat bagus yang diinginkan. Disamping itu juga, keunggulan selanjutnya dari penggunaan bibit kultur jaringan adalah produktivitas atau hasil panen yang lebih tinggi dibanding bibit biasa.
“Dengan begitu rencana untuk bisa menghasilkan bibit rumput laut yang unggul bisa tercipta,” ujar Tebe.
Dengan bibit unggul yang berkualitas, produksi lebih mudah dengan teknologi dan investasi yang kecil semua bisa berproduksi. ”Sehingga produksi melimpah, bahan baku tersedia, hasilnya bisa dinikmati semua pembudidaya,” sambung Tebe.
Tidak berhenti sampai di situ Sobat AgriVisi, DJPB melakukan upaya lain untuk meningkatkan produksi rumput laut. Di antaranya, dengan menyelesaikan masalah-masalah yang ada seperti pemanfaatan lahan yang masih rendah, pengembangan yang belum berbasis kawasan atau masih berada pada lokasi terpisah, serta masih minimnya pelatihan dan penyuluhan teknis.
“Satu persatu sudah kita lakukan dan sambil berjalan. Makanya, kami terus memberikan pendampingan teknis dan manajemen bagi pembibitan swasta, pendampingan, pembinaan dan pelatihan teknis, pengembangan klaster kelompok pembudidaya, pengembangan kelembagaan, dan sudah tentu dukungan sarana/prasarana kami distribusikan ke pembudidaya. Harapannya dengan begitu produksi akan melimpah. Sehingga, komoditas rumput laut punya sumbangsih terhadap ekonomi bisa terealisasi” ungkapnya.
Tebe menambahkan, melalui beberapa strategi seperti itu tentunya sinergitas dan kolaborasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, serta stakeholder terkait terus ditingkatkan. Kondisi demikian sudah terlihat hasilnya dari pembudidaya rumput laut di Kota Tual, bahwa budidaya rumput laut sangat menjanjikan.
“Kami akan terus kembangkan budidaya rumput laut sebagaimana arahan Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo ketika berdialog dengan pembudidaya rumput laut di Kota Tual,” kata Tebe.
Hal ini sejalan dengan 5 program terobosan KKP yang berbasis ekonomi biru. Di mana salah satunya adalah pengembangan budidaya air laut, pesisir dan tawar dengan memperhatikan 3 aspek, yaitu ekonomi, ekologi, dan sosial.
“Kalau hanya ekologi tanpa diimbangi dengan ekonomi makanya tidak ada nilainya dan aspek satu lagi adalah mempertahankan lokal wisdomnya yaitu aspek sosial. Budidaya rumput laut adalah kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, ini masuk dalam program terobosan kami. Makanya saat ini selain komoditas ikan lainnya, kami konsen juga pada rumput laut,” tuturnya.
Harapannya, tujuan menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai salah satu penopang ekonomi masyarakat dan negara pada umumnya bisa terealisasi.
“Bukan hanya sektor perikanan saja yang bakal menjadi andalan. Dengan pengembangan yang optimal, mulai dari pembibitan, peningkatan kualitas dan produksi, kami meyakini rumput laut juga akan menjadi salah satu komoditas andalan, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor. Sektor kelautan dan perikanan sebagai pendongkrak ekonomi masyarakat dan negara bisa terwujud,” tandasnya.