Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil kopi di Indonesia. Kopi Jawa Barat memiliki kekhasan tersendiri yang biasa disebut Java Preanger. Letak geografis Jawa Barat sangat mendukung dalam pengembangan kopi sehingga telah banyak menghasilkan kopi yang memiliki citra khas tersendiri atau specialty coffee Indonesia.
Saat ini untuk melakukan ekspor, koperasi kopi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat harus melalui distributor atau pedagang besar sehingga nilai tambah produk kopi tidak dapat dinikmati langsung oleh petani. Di sisi lain, perkebunan kopi di Bandung masih mengalami beberapa permasalahan, salah satunya produktivitas yang belum maksimal.
Prof. Bustanul Arifin, Guru Besar Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya Alam, Universitas Negeri Lampung menegaskan, pemerintah melalui Kementerian Pertanian harus mendorong pembentukan dan pengembangan Korporasi Petani Kopi Kabupaten Bandung.
“Petani kopi Kabupaten Bandung telah membentuk suatu kelembagaan petani yang bertujuan meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan petani dengan nama PT Java Preanger Lestari Mandiri melalui pengesahan SK Kemenkum HAM Nomor AHU-0058287.AH.01.01 tanggal 9 November 2020, yang juga telah ditetapkan sebagai Korporasi Percontohan Nasional (KPN),” bebernya.
Jawa Barat memiliki areal perkebunan kopi yang tersebar hampir di seluruh kabupaten dengan luas 49,83 ribu ha. Produksi kopinya 22,98 ribu ton dan produktivitas 786 kg/ha.
Sementara, kopi milik perkebunan rakyat di Jawa Barat seluas 49,68 ribu ha dengan produksi 22,92 ribu ton dan produktivitas 786 kg/ha. Kopi ini terdiri dari kopi robusta 18,64 ribu ha dengan produksi 10,12 ribu ton dan produktivitas 835 kg/ha serta kopi arabika 31,04 ribu ha dengan produksi 12,8 ribu ton dan produktivitas 754 kg/ha.
Kopi Java Preanger salah satunya dihasilkan dari Bandung ini telah berprestasi di tingkat nasional dan internasional, di antaranya kopi Gunung Puntang pernah menjadi juara Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo 2016 di Atlanta dan kopi Gunung Malabar juara kopi filter MICE Melbourne di Australia.
Kopi lainnya yaitu dari Gunung Patuha, juga menjadi pemenang lelang kopi micro lot yang digelar oleh SCAI pada 20 Oktober 2017, berbarengan dengan acara Asia Pasifik Coffee Conference di Jakarta dan dihargai senilai Rp2.050.000 per kg serta mendapatkan sertifikat rekor MURI sebagai kopi termahal di Indonesia.
Prof. Inul, sapaannya juga menerangkan pentingnya pengembangan pada sisi hulu. Yaitu, membuat kawasan kopi untuk meningkatkan produksi, menyiapkan benih unggul kopi bersertifikat, budidaya kopi sesuai GAP (Good Agricultural Practices) dan GMP (Good Manufacturing Practices) serta ramah lingkungan menjadi strategi dalam meningkatkan produktivitas dan mutu kopi Java Preanger.
Melalui gerakan tanam kopi yang digalakkan pada awal 2022 di Bandung oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, diharapkan menjadi solusi jangka panjang untuk mendukung suplai bahan baku kopi sebagai bisnis korporasi petani.
Pengembangan areal kopi di Kabupaten Bandung juga berkolaborasi dengan Perhutani yang menyediakan lahan melalui mekanisne LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan). Sehingga selain bertujuan pemenuhan rantai pasok kopi berkelanjutan, juga untuk konservasi serta meminimalkan deforestasi dan degradasi hutan.
“Tentu Kementerian Pertanian dalam hal ini Direktorat Jenderal Perkebunan harus berperan aktif dalam membantu korporasi petani meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kopinya serta rutin untuk mengikuti acara-acara atau pameran di luar negeri agar lebih dikenal dan dapat dirasakan sensasi dan kelebihan kopi Java Preanger oleh pencita kopi dunia. Harapannya kafe-kafe di luar sana bisa mengekspor kopi Java Preanger,” ungkapnya.