Klaster tambak udang vaname di Cidaun, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat menunjukkan produktivitas memuaskan. Sepanjang tahun ini, tambak yang dibangun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) itu sudah dua kali panen dan seluruh hasilnya langsung diserap pasar.
“Produktivitas tambak di sini cukup bagus. Dan, pada panen parsial hari ini ada sekitar 5 ton yang dihasilkan. Udang size 80 dengan harga jual Rp60 ribuan per kilogram, berarti sekitar Rp300 juta nilainya,” ujar Dirjen Perikanan Budidaya KKP, Tb Haeru Rahayu saat meninjau tambak, Sabtu (18/9/2021).
Klaster tambak itu terdiri dari 15 kolam produksi, 3 tandon, dan 1 kolam IPAL. Tambak mulai beroperasi akhir 2020 dengan panen pada siklus pertama mencapai 32 ton. Panen kali ini merupakan panen parsial pertama di siklus kedua.
Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Mandiri mengelola klaster tambak udang buatan KKP. Sebelumnya, LMDH Mandiri menekuni kegiatan bercocok tanam. Lahan tambak dulunya adalah area pertanian palawija yang sudah tidak berproduksi.
Tebe, sapaan Tb Haeru memperkirakan, hasil panen total pada siklus kedua tidak akan jauh berbeda dari hasil panen siklus sebelumnya karena jumlah benur serta padat tebarnya relatif sama.
Yang menjadi tolok ukur produktivitas, jelas Tebe, bukan hanya kuantitas udang yang dihasilkan. Akan tetapi, keberlanjutan produksi udang melalui tambak yang dibangun pemerintah serta peningkatan pemahaman masyarakat tentang budidaya udang yang baik dan ramah lingkungan.
“Pelan-pelan saja dulu, jangan langsung dipaksa tinggi padat tebarnya. Yang penting berkesinambungan dan masyarakatnya paham dulu cara budidaya yang baik. Pelan-pelan yang penting produktif,” terangnya.
Hal lain yang menjadi perhatian Tebe adalah aktivitas budidaya udang di klaster tambak tidak boleh mencemari lingkungan. Ia berharap masyarakat pengelola tambak lebih meningkatkan pengelolaan IPAL yang sudah dibangun sehingga aliran limbah tidak membahayakan ekosistem saat dialirkan kembali ke laut.
Kelestarian ekosistem menjadi kunci usaha budidaya yang dilakoni dapat berjalan berkesinambungan. “Ini sudah ada IPAL, bagus,” katanya.
Penanggung jawab tambak, Ahmad Hidayat mengakui klaster tambak udang vaname Cidaun membawa dampak ekonomi yang cukup signifikan bagi kelompok dan masyarakat sekitar. Anggota aktif kelompok penghasilannya meningkat hingga tiga puluh kali lipat dari yang sebelumnya Rp800 ribu per tahun.
Keberadaan klaster tambak juga menjadi solusi penyerapan tenaga kerja di masa pandemi Covid-19. Masyarakat sekitar dilibatkan sebagai pekerja untuk membantu operasional tambak, seperti memberi pakan hingga menyortir udang saat panen.
“Saat pandemi seperti sekarang mata pencaharian susah. Namun, dengan adanya tambak ini kita masih punya mata pencaharian,” papar Ahmad.
Selain Cidaun, KKP juga membangun klaster tambak udang vaname berkelanjutan di Aceh Timur yang pengelolaannya diserahkan ke kelompok masyarakat. KKP memberikan pendampingan secara teknis sampai masyarakat bisa melakukan kegiatan budidaya secara mandiri dan produktif.
Pembangunan klaster tambak ini sebagai wujud kehadiran pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, menciptakan lapangan pekerjaan, serta mendorong peningkatan produktivitas udang nasional.
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, udang termasuk komoditas perikanan yang tengah didorong produktivitasnya untuk memenuhi target produksi udang nasional 2 juta ton tahun 2024.
Tiga strategi untuk mencapai target mulai dari evaluasi, revitalisasi salah satunya melalui klaster tambak, hingga pembangunan tambak udang terintegrasi. Ia pun menekankan pentingnya menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi dalam mengelola sektor kelautan dan perikanan, termasuk tambak udang di Indonesia.