Nasi sebagai sumber karbohidrat, tidak tidak serta-merta mewujud di meja makan. Ada proses panjang yang dilalui.
Nikmat rasanya menyantap nasi goreng yang pedas dan panas mengepul. Atau, mau nasi liwet khas Sunda, nasi hainan ala negeri China, dan nasi kebuli dari Timur Tengah yang kaya rempah?
Jangan lewatkan juga risotto khas Italia yang gurih dan lezat. Sungguh sedap!
Tapi, tahukah Anda dari mana nasi itu bermula? Bagaimana kisahnya semenjak ditanam oleh petani hingga menjadi sajian lezat yang sanggup menggoyang lidah?
Bermula dari Padi
Nasi bermula dari benih padi yang ditanam petani di sawah. Padi dipanen kemudian diproduksi menjadi beras dan produk olahan lainnya, seperti tepung beras, bihun, dan minyak goreng membutuhkan bantuan alsin (alat dan mesin).
Mengandalkan produksi secara manual, tentu hasilnya tidak bisa secepat yang diinginkan dan kualitas yang didapat ala kadarnya. Banyak juga hasil yang hilang dengan panen manual.
Untuk menghasilkan beras sebanyak 22 juta ton dalam setahun contohnya, melibatkan peran besar alsin. Sejak pengolahan lahan, penanaman dan pemanenan padi, pengolahan menjadi beras, sampai penyaluran ke tangan konsumen dan ditanak menjadi nasi, sangat mengandalkan alsin.
Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan kebutuhan beras tahun 2020 sebanyak 14,98 juta ton. Karena itu, pemerintah mencanangkan produksi beras tahun ini sebanyak 22,09 juta ton sehingga ada cadangan beras sebesar 7,10 juta ton di akhir tahun.
Olah Lahan dan Produksi Padi
Pengolahan lahan yang optimal memerlukan traktor. Pada lahan padi, traktor dilengkapi alat tambahan (attachment) yaitu bajak singkal (moldboard plough) dan garu.
Bajak singkal (moldboard plough) digunakan untuk membalik tanah dengan kedalaman 15-20 cm. Sedangkan, garu bisa berupa garu piringan (disc harrow) atau rotari cangkul (rotary hoe harrow).

Garu bertujuan menghancurkan bongkahan tanah hasil bajak singkal menjadi seperti lumpur. Sisa tanaman dan gulma yang terpendam di dalam tahan juga akan terpotong-potong lagi lebih halus sehingga, lebih mudah terurai.
Untuk memproduksi padi, dimulai dengan penanaman lalu dilanjutkan perawatan tanam. Penanaman benih padi atau persemaian dapat dilakukan menggunakan tabela (tanam benih langsung). Teknologi terbaru penanaman benih padi mengandalkan drone (pesawat tanpa awak).
Benih padi siap semai, akan dipindah tanam menggunakan rice transplanter (alat tanam padi). Sementara, perawatanan tanam meliputi pemupukan dan perlindungan tanam memakai alat penabur pupuk manual, dengan traktor, atau drone.
Pemanenan
Padi yang telah masak siap dipanen untuk diproses menjadi beras. Ada beberapa pilihan alsin untuk memanen padi. Yaitu, alat pemotong padi (paddy reaper), alat pemotong dan pengikat padi (paddy binder), alat perontok gabah (thresher), dan combine harvester.
Paddy reaper berfungsi memotong rumpun padi untuk kemudian dirontokkan gabahnya menggunakan thresher. Bedanya dengan paddy binder, mesin ini memotong rumpun padi sekaligus mengikatnya menjadi satu agar memudahkan pengumpulan padi.

Sedangkan, Combine harvester adalah alat panen modern yang berfungsi sebagai pemotong rumpun padi sekaligus perontok gabah. Dalam sekali pengoperasian, combine langsung menghasilkan gabah yang telah terpisah dari malai.
Gabah yang telah dipanen atau disebut gabah kering panen (GKP) selanjutnya dikeringkan untuk menurunkan kadar air. Umumnya, kadar air GKP sekitar 20-25 persen. Kadar air ini diturunkan hingga menjadi 14 persen sehingga disebut gabah kering giling (GKG).
Pengeringan gabah menggunakan dryer (mesin pengering). Di lapang tersedia fasilitas mobile dryer (pengering bergerak) yang keliling desa untuk mengeringkan gabah secara langsung di sawah.
Petani hanya perlu membayar biaya jasa pengeringan dan bisa membawa pulang gabah yang yang telah dikeringkan (GKG). Selain itu, dapat juga membawa gabah ke penggilingan padi untuk dikeringkan dengan dryer dan diproses menjadi beras.
Pengolahan
Sebelum diproses menjadi beras, gabah ada yang disimpan. Penyimpanan  gabah perlu mendapat perhatian karena sangat berpengaruh pada kualitas beras. Gabah yang disimpan sembarang akan menimbulkan penguapan tinggi, tumbuhnya jamur, hingga kehadiran serangga dan hewan pengerat yang akan menurunkan mutu beras.
Penyimpanan gabah dengan cara curah (bulky) dan kemasan (bag store). Sistem curah berarti gabah yang sudah dikeringkan disimpan secara curah ke dalam suatu tempat yang kuat, bersih, dan aman dari gangguan hama atau cuaca, seperti silo. Sementara, kemasan artinya menyimpan dalam kemasan-kemasan menggunakan plastik atau karung goni dalam skala kecil sampai besar.
Kemudian, pengolahan gabah menjadi beras memerlukan penggilingan padi. Sama seperti dryer, penggilingan padi juga ada versi mobile yang dilengkapi kendaraan beroda 4 sehingga bisa keliling dari satu daerah ke daerah lain. Mesin padi kelillig kerap disebut mesin huller keliling.
Rangkaian mesin penggiling padi umumnya terdiri atas mesin pemecah kulit (huller/husker), mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice separator), mesin penyosoh atau pemutih (polisher), mesin pengayak bertingkat (sifter), dan alat bantu pengemasan berupa timbangan dan penjahit karung.
Alur proses penggilingan padi awalnya melalui pemisahan gabah dengan mesin pemisah gabah dan kotoran (seed cleaner), pemecahan kulit dengan huller. Lalu, pemisahan gabah dan beras pecah kulit menggunakan brown rice separator, pemutihan beras dengan polisher, pengayakan memakai sifter, dan dikemas.
Berdasarkan konstruksinya, mesin-mesin penggilingan padi terbagi menjadi 2 tipe , yaitu rice milling unit (RMU) dan rice milling plant (RMP). Kedua tipe ini memiliki perbedaan mendasar dalam ukuran, kapasitas, dan aliran bahan dalam proses penggilingan.

RMU adalah tipe mesin penggilingan padi generasi baru yang kompak dan mudah dioperasikan. Proses pengolahan gabah menjadi beras bisa dilakukan dalam sekali proses (one pass process).
Sedangkan, RMP merupakan mesin penggilingan padi yang terdiri dari beberapa unit mesin yang terpisah satu sama lain dalam proses penggilingan. Karena terpisah, unit-unit RMP dapat memiliki kapasitas yang berbeda-beda.
RMU menghasilkan 3 jenis beras, yaitu beras kepala sebagai beras premium, beras patah, dan beras menir. Hasil sampingnya adalah sekam dan dedak.
Produk Turunan
Hasil keluaran RMU bisa diolah lebih lanjut menjadi produk turunan bernilai tambah tinggi. Beras patah dan beras menir diolah menjadi tepung beras, makanan bayi, dan bihun atau mi. Dedak sebagai pakan ternak dan minyak goreng (rice brand oil) sedangkan sekam menjadi briket arang sekam dan bahan bangunan.

Pembuatan tepung beras melalui proses kering menggunakan alat penepung tipe hummer mill. Rendemen pengolahan tepung beras berkisar 90-95 persen. Bihun beras dibuat dengan beberapa cara menggunakan extruder machine.
Teknologi menghadirkan kemudahan membuat bihun beras dengan hanya memasukkan bulir beras dan air ke dalam mesin. Setelah beberapa menit, mesin akan menghasilkan mi atau bihun beras. Dan, pengolahan rice brand oil menggunakan mesin esktraksi minyak nabati.

Pemasaran dan Logistik
Beras umumnya dikemas dalam ukuran 5 kg, 10 kg, 25 kg, hingga 50 kg menggunakan karung plastik bening atau berwarna putih susu. Namun, kini banyak juga beras yang dikemas dalam ukuran 2,5 kg, 1 kg, bahkan 0,5 kg dan 0,25 kg.
Beras yang dipak dengan ukuran di bawah 2,5 kg kebanyakan adalah beras organik. Kemasan beras organik ini berupa plastik vakum atau kedap udara.
Beras yang telah dikemas lalu didistribusikan ke berbagai daerah menuju konsumen. Pengiriman beras biasanya melalui jalur darat dan laut menggunakan truk, kereta api, dan kapal laut. Namun, tidak menutup kemungkinan pengiriman lewat jalur udara menggunakan pesawat.

Beras dipasarkan di berbagai tempat mulai dari pasar tradisional, supermarket, minimarket, hingga toko kelontong. Pembelian beras dapat dilakukan secara offline dengan mendatangi toko dan online melalui marketplace (toko daring) atau aplikasi ojek online.
Beras yang diterima konsumen pun siap dimasak menjadi berbagai macam menu sesuai selera, seperti nasi putih, nasi uduk, nasi goreng, nasi kebuli, nasi hainan, bubur, atau risotto.