Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 48 Tahun 2016, Perum Bulog menjadi lembaga yang mendapat tugas menjaga ketersediaan pangan dan stabilisasi harga pangan di tingkat konsumen dan produsen.

 

Febby Novita, Direktur Bisnis Perum Bulog menjelaskan, menurut perpres tersebut Perum Bulog mendapat tugas mengelola cadangan pangan pemerintah, termasuk ketersediaan jagung.

 

“Memang kalau kita lihat pajale (padi, jagung, kedelai) itu harusnya mulai dari impornya, penyimpanan, dan pengolaan cadangan harusnya ada di Bulog. Tapi kenyataannya, yang terlaksana sesuai dengan Peraturan Presiden No. 48 Tahun 2016 baru beras,” jelasnya.

 

Dengan hadirnya Badan Pangan Nasional (BPN), Febby berharap, hal-hal yang berkaitan dengan penugasan pangan krusial kembali dipegang Bulog. Barometernya, terjadi stabilisasi harga di petani, harga tidak jatuh serta tercukupinya stok nasional dan ketersediaan pangan di seluruh negeri.

 

Menurut Febby, Bulog telah menyiapkan berbagai fasilitas infrastruktur pascapanen berupa 1.600 gudang di seluruh Indonesia. Bahkan, Bulog mulai membangun Pusat Pengeringan Jagung (Corn Drying Center – CDC) dan silo di beberapa lokasi sentra produksi jagung sebagai tempat penyimpanan.

 

Lokasinya ada 6 wilayah, yakni Gorontalo, Grobogan (Jawa Tengah), Wonogiri (jawa Tengah), Tuban (Jawa Timur), Dompu (NTB), dan Lampung. Kapasitas total CDC dan silo di Gorontalo dan Grobogan sebesar 9 ribu ton/unit. Sedangkan, kapasitas di Wonogiri, Dompu dan Lampung sebanyak 6 ribu ton/unit. Paling besar CDC dan silo di Tuban yang mencapai 30 ribu ton dengan 10 unit silo.

 

“Ini sebenarnya persiapan kami untuk nanti kalau Bulog ditugaskan menyimpang cadangan jagung. Jadi, kita sudah punya infrastrukturnya,” ujarnya pada webinar Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) “Strategi Pengembangan Produksi dan Stabilisasi Jagung Nasional”.

 

Untuk CDC yang ada di Dompu dan Bolaang Mangondow (Gorontalo), saat ini sudah hampir 50 persen selesai. Di lokasi tersebut masing-masing punya tiga silo dengan kapasitas per unit sebesar 3.000 ton. Dengan demikian, total kapasitas silonya sebanyak 18 ribu ton dan kapasitas dryer-nya 90 ton/unit/hari.

 

“Kalau sudah siap, seharusnya pemerintah bisa memberikan penugasan untuk regulai penyimpanan jagung sehingga pada bulan-bulan tertentu tidak akan kebingungan lagi untuk  penyimpanan. Kalau harga naik, kita langsung bisa gelontorkan dengan operasi pasar,” sambungnya.

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here