Industri agro di Indonesia menunjukkan kesiapannya mengaplikasi teknologi Industri 4.0 dalam ajang Hannover Messe 2021 Digital Edition pada 12-16 April 2021. Sejumlah perusahaan di sektor ini hadir untuk menampilkan perjalanan transformasi Industri 4.0 dan capaian yang diperoleh.
“Partisipasi Indonesia sebagai Official Partner Country akan membuka peluang untuk mendorong transformasi dan pemulihan ekonomi Indonesia melalui kesepakatan bisnis, kerja sama industri, dan investasi,” ujar Abdul Rochim di Jakarta, Selasa (6/4).
Pada HM 2021, sektor industri agro yang tampil antara lain PT Pertamina dan BPBD Kelapa Sawit dengan konsep energy solution (solusi energi) berbahan baku energi ramah lingkungan dari biodiesel sawit. Selain itu, hadir PT Indolakto, PT Laukita Bersama Indonesia, dan PT Kalbe Morinaga Indonesia sebagai co-exhibitor industri makanan dan minuman.

“PT Indolakto sendiri terpilih sebagai salah satu National Lighthouse,” jelas Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian itu dalam prakonferensi Hannover Messe (HM) 2021 “Agro-Based Industry Journey to Industry 4.0” .
HM 2021 menjadi istimewa karena Indonesia sebagai Official Partner Country dengan tema “Making Indonesia 4.0” dan tagline “Connect to Accelerate”. Dirjen Industri Agro Kemenperin mengajak para pelaku sektor agro melakukan transformasi teknologi industri sesuai semangat Making Indonesia 4.0.
Industri 4.0
sejumlah perusahaan industri agro memberikan pengalaman penerapan Industri 4.0 dalam prakonferensi. Yaitu, PT Mayora Indah Tbk., PT Amerta Indah Otsuka, dan VIVERE Group.
“Pengalaman perusahaan-perusahaan tersebut dalam menerapkan Industri 4.0 diharapkan dapat memberikan motivasi kepada perusahaan lain untuk turut menerapkan teknologi industri 4.0 di perusahaannya masing-masing,” kata Rochim.

Menurut Nurdin Lesman, Manufacturing Group Head M1 & M4 Mayora, industri 4.0 merupakan trend baru. Mayora mempelajari transformasi 4.0 sejak 2017. Transformasi ini berhasil meningkatkan produktivitas kinerja di pabrik, contohnya pada mesin coding (pengkode) yang terhubung dengan 14 mesin bungkus.
“Sebelumnya, satu proses coding membutuhkan waktu sekitar 2 menit. Saat ini hanya butuh satu supervisor yang menarik data dari 14 mesin untuk kemudian mengubah kode dari 14 mesin tersebut sekaligus, sehingga mempersingkat idle time (waktu kosong),” Kata Nurdin.
Plant Manager Amerta, Wheny Utoyo menerangkan, dalam proses transformasi industri 4.0, perusahaannya berfokus pada penyederhanaan proses kerja. “Industri 4.0 itu tidak melulu harus canggih. Namun, bagaimana kita bisa membantu memudahkan pekerjaan setiap hari di tempat kerja kita masing-masing. Kami mengesampingkan image bahwa industri 4.0 itu mahal dan rumit,” jelasnya.
Selama transformasi menuju smart factory, Amerta menerapkan beberapa teknologi yang diimplementasikan dalam proses bisnis, salah satunya utility alarm notifier yang mengusung konsep Internet of Things, machine analyzing dengan AR, remote assistance application, dan e-Distributor, serta Delivery Arrangement.
Keseluruhan implementasi yang dilakukan memberikan manfaat dari sisi produktivitas kinerja, memudahkan dan membantu pengambilan keputusan, juga efisiensi dari segi waktu maupun biaya.