Sobat AgriVisi, Indonesia bisa menjadi produsen pangan bagi negara-negara di Asia Timur. Pasalnya, Indonesia merupakan negara terbesar dari segi pangan, khususnya sektor perikanan serta peternakan. Namun, sektor tersebut masih memiliki masalah yang tak kunjung selesai.
Menurut Ekonom Senior, Rizal Ramli, perlu mengevaluasi berbagai subsektor peternakan dan pertanian. Contohnya, terkait data harus lebih baik dan bagus agar tidak merugikan petani dan peternak karena impor. Sebetulnya, Indonesia bisa menjadi market leader negeri sendiri dan negara lain dalam hal produk pertanian dan peternakan.
Pasalnya, Indonesia merupakan negara terbesar memiliki alam yang luas, tenaga kerja banyak, dan lainnya. “Sehingga, negara bagian Asia Timur seperti Taiwan, Jepang, China, dan lainnya. Negara tersebut memang impor pangan karena kekurangan makanan. Semestinya Indonesia bisa menjadi produsen pangan nomor satu di Asia tersebut hingga dampaknya ke petani nasional sejahtera,” ungkapnya saat webinar Outlook Bisnis Peternakan 2023.
Pada webinar dengan tema “Melangkah Hadapi Ketidakpastian Global” yang diselenggarakan oleh Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) di Menara 165, Jakarta pada 22 November 2022, Irawati Fari, Ketua Umum ASOHI menyampaikan, pertemuan ini merupakan ajang evaluasi bisnis peternakan 2022. Pembahasan dalam webinar ini merupakan hal penting untuk bisnis peternakan nasional.
Selain itu, sambungnya, pemerintah memiliki program meningkatkan konsumsi protein hewani. Tentu peran ASOHI dalam pertumbuhan obat hewan secara umum tergantung dari perunggasan nasional. Karena, perunggasan membutuhkan vitamin dalam merawat ternaknya sehingga berdampak baik pada produsen obat hewan.
“Ke depan bisnis peternakan harus lebih baik sama seperti tagline Kemerdekaan Indonesia ke-77 tahun yaitu pulih lebih cepat. Harapannya, industri peternakan nasional dapat pulih lebih cepat dengan program-program pemerintah sehingga berdampak pada industri peternakan,” katanya.
Nah dari sisi kesehatan hewan ternak, Kasubdit Kesehatan Hewan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Ira Virgorita mengatakan, peternakan Indonesia mengalami berbagai masalah yang tidak henti-hentinya. Berawal dari munculnya penyakit African Swine Fever (ASF) menyerang ternak babi pada 2019, lalu penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) menyerang sapi dan kerbau, serta masuknya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyerang ternak ruminansia.
Sobat AgriVisi, Penyakit PMK merupakan penyakit paling ditakuti di seluruh dunia. Sehingga, pemerintah perlu melakukan antisipasi penyakit lintas batas lainnya.
“Globalisasi perdagangan dan informasi arus lalu lintas tidak terbendung, menyebabkan risiko masuknya penyakit ke Indonesia. Masalah yang menimpa negeri bisa menjadi pelajaran untuk semua. Ini merupakan momentum untuk evaluasi 2022 peternakan nasional, serta rumusan peternakan mendatang,” terangnya.