
Sobat AgriVisi, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) memfasilitasi peternak mandiri untuk menyalurkan ayam ke perusahaan swasta dan pemerintah (BUMN). Ini untuk mengatasi permasalahan terus melemahnya harga ayam di tingkat peternak mandiri.
Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi menjelaskan, angka penyerapan ayam di peternak mandiri meningkat signifikan seiring bertambahnya perusahaan integrator yang menyerap hasil panen. “Pada 26 September lalu terserap 15 ribu ekor atau 26 ribu kg. Sekarang sudah tembus 67 ribu ekor atau 190 ribu kg. Aksi ini akan terus kita lakukan dan tingkatkan hingga harga ayam di peternak mandiri mikro dan kecil kembali stabil,” ujarnya di Jakarta (30/9).
Mekanisme penyerapan tersebut dilakukan secara business to business (B to B) antara peternak/koperasi dengan perusahaan integrator. Nah, peran NFA itu sebagai fasilitator atau penghubung agar proses penyerapan hasil ternak dilakukan secara efektif, Sobat AgriVisi.
“BUMN Pangan dan perusahaan integrator selaku off taker melakukan pembelian di lokasi sentra peternak mandiri mikro dan kecil. Pembelian mengacu kepada Harga Acuan Pembelian dan Penjualan (HAP) yang telah disepakati. Selanjutnya, daging ayam yang telah diproduksi disalurkan oleh masing-masing perusahaan ke outlet-outlet yang menjadi mitranya,” papar Arief.
Berdasarkan data Penyerapan Live Bird (Ayam Hidup) NFA sampai tanggal 29 September 2022, ada 10 perusahaan yang terdiri dari 2 perusahaan anggota BUMN Pangan dan 8 perusahaan swasta yang melakukan penyerapan. Pada 28 September 2022 dua perusahaan member Holding BUMN Pangan ID FOOD, yaitu PT PPI dan PT Berdikari telah menyerap sebanyak 4.995 ekor ayam hidup atau serata 10 ribu kg.
Sementara itu Sobat AgriVisi, 8 perusahaan swasta yang melakukan penyerapan adalah PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) sebanyak 24.494 ekor ayam hidup atau 36 ribu kg, PT Japfa Comfeed 18.250 ekor atau 32 ribu kg, PT Malindo Feedmill 6.016 ekor atau 11 ribu kg.
Kemudian, PT Super Unggas Jaya sejumlah 1.428 ekor atau 3 ribu kg, PT New Hope Indonesia 1.742 ekor atau 3 ribu kg, PT Intertama Trikencana Bersinar 6.078 ekor atau 89 ribu kg, PT Sreeya Sewu 6.360 ekor atau 10 ribu kg, dan PT Wonokoyo 3.000 ekor atau 5 ribu kg.
Sobat Vieioner, Arief mengungkap, aksi penyerapan ayam hidup ini merupakan bentuk keberpihakan pemerintah terhadap peternak mandiri mikro dan kecil. Saat harga ayam hidup di tingkat peternak terindikasi jatuh, NFA pun langsung menggelar pertemuan dengan seluruh stakeholder perunggasan nasional, di antaranya asosiasi, koperasi peternak, pelaku usaha swasta dan BUMN, serta kementerian dan lembaga terkait.
Hal ini sejalan dengan arahan Presiden RI untuk membangun kolaborasi dan sinergi dalam rangka memperkuat ekosistem pangan nasional guna mengantisipasi potensi krisis pangan.
“Salah satu solusi yang disepakati adalah melakukan penyerapan yang tertuang dalam Nota Kesepahaman Penyerapan Live Bird tanggal 21 September 2022, yang ditandatangani asosiasi, 10 perusahaan BUMN dan swasta, serta disaksikan perwakilan Kemenko Perekonomian, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Satuan Tugas Pangan Polri,” tandasnya.