Kepala Badan Pangan Nasional (National Food Agency, NFA), Arief Prasetyo Adi memastikan pihaknya akan terus mengawal stabilisasi pasokan dan harga komoditas gula. Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, persiapan kebutuhan gula nasional yaitu bertahap mengurangi impor dan mencapai swasembada gula dalam 5 tahun ke depan.

 

“Sebagai salah satu komoditas pangan yang memengaruhi inflasi, Presiden Joko Widodo mengarahkan agar mempersiapkan kebutuhan gula nasional dengan baik. Bertahap mengurangi impor dan swasembada gula dalam 5 tahun ke depan,” ujar Arief usai menghadiri rapat koordinasi terbatas membahas kebijakan gula nasional, Rabu (20/7/2022), di Jakarta. Rapat dipimpin oleh Presiden Jokowi dan diikuti para menteri serta lembaga terkait.

 

Kebutuhan gula nasional sebesar 7,3 juta ton per tahun yang terdiri dari kebutuhan gula industri sebesar 4,1 juta ton dan 3,2 juta ton gula konsumsi. Kebutuhan gula konsumsi sebesar 3,2 juta ton/tahun baru terpenuhi dari dalam negeri sebesar 2,2 juta ton/tahun, selebihnya masih impor.

 

Menurut Arief, NFA akan terus melakukan pemantauan untuk memastikan stabilitas pasokan dan harga gula dalam kondisi yang aman dan terkendali dengan melibatkan berbagai pihak terkait. Untuk mengawal stabilitas harga jual gula dari tingkat petani hingga konsumen, imbuh Arief, NFA akan mengawal dari hulu hingga hilir.

 

Arief menegaskan, kepastian harga di tingkat petani perlu dijaga agar minat untuk menanam tebu tetap tinggi. Sehingga, pemerintah dapat memastikan ketersediaan bahan baku tebu dari dalam negeri yang diproduksi oleh petani.

 

Saat ini pabrik gula diminta membeli Rp11.500/kg dengan harga acuan Rp13.500/kg di tingkat konsumen. Penyesuaian harga ini mengalami kenaikan Rp1.000/kg dari tahun lalu.

 

Arief menambahkan, perlu perbaikan kegiatan budidaya dan pascapanen secara detail, seperti koordinat lokasi penanaman tebu, ketepatan jumlah dan waktu pemupukan, persiapan bibit di on farm. Sementara itu, pada tahap pascapanen perlu perbaikan pabrik, peningkatan rendemen gula berbasis tebu, juga keterlibatan teknologi berupa energi alternatif dari etanol dari produk samping industri gula sehingga swasembada gula dapat tercapai.

 

Lebih lanjut, Arief mengatakan, upaya penguatan produksi oleh BUMN dengan berpartner dengan ahli dari luar negeri melalui pendekatan bisnis, penguatan stok, dan ujungnya hilirisasi gula ini akan melibatkan berbagai stakehoder seperti Holding Perkebunan PTPN, Holding Pangan ID FOOD, BULOG, swasta, dan asosiasi. Salah satunya, melalui kolaborasi pendistribusian gula ke wilayah rawan pangan. Diharapkan melalui kerja sama pendistribusian ini harga jual gula tetap stabil dan mengurangi disparitas harga.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here