Balai Perikanan Budidya Laut (BPBL) Batam berhasil memproduksi benih ikan bawal hibrid secara massal.  Bawal hibrid merupakan hasil perkawinan silang (cross breeding) antara induk betina bawal emas dengan induk jantan bawal bintang.

 

UPT di bawah Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ini juga telah berhasil memiliki induk produktif bawal emas sebanyak 60 ekor, calon induk ukuran 800 g sebanyak 55 ekor, serta calon induk ukuran 200 g ada 1.000 ekor.

 

TB Haeru Rahayu, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP menilai, kegiatan ini salah satu terobosan KKP yang menuai keberhasilan. Yaitu, pengembangan benih bawal hibrid sekaligus terus memproduksi parent stock induk/calon induk bawal Hibrid berupa bawal emas dan bawal bintang.

 

Tebe, sapaannya menjelaskan, bawal merupakan ikan yang dulit dipijahkan. Keberhasilan tersebut diharapkan mampu mendukung galur murni bawal emas dan bawal bintang bisa terus terjaga kemurniannya.

 

“Hal ini membuktikan bahwa saat ini status pengembangan teknologi perbenihan untuk memproduksi benih unggul kian dinamis,” ungkap Dirjen (15/11).

 

Tebe menambahkan, peluang pasar bawal, seperti bawal bintang dan bawal emas cukup besar, Apalagi, bawal emas punya potensi di pasar ekspor. Usaha budidaya bawal juga masih terbuka untuk berbagai skala usaha.

 

“Inovasi teknologi ini merupakan inovasi besar karena bawal hibrid ini informasinya mempunyai keunggulan pada ketebalan daging, pertumbuhannya yang lebih cepat, serta tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi. Tentunya budidaya bawal hibrid ini sangat membantu pembudidaya dalam hal biaya produksi dan pendapatannya,” urainya.

 

Kepala BPBL Batam, Toha Tusihadi mengatakan, bawal bintang relatif mudah pemijahannya. Namun, bawal bintang memiliki rasa dan daging yang kurang premium dibandingkan bawal emas.

 

Sementara, bawal emas mempunyai kesulitan dalam hal pemijahan, seperti sulit terbuahinya telur-telur yang dihasilkan. Sehingga, melalui inovasi teknologi hibridisasi ini diharapkan kendala-kendala yang dihadapi selama ini bisa diatasi bersama.

 

Seperti di antaranya, mampu memperbaiki performa bawal baik dari sisi pertumbuhan maupun kualitas produk. Jadi, kelebihan-kelebihan fenotip bawal emas menyebabkan bawal hibrid bisa lebih diminati di pasar internasional.

Harga bawal hibrid mencapai Rp100 ribu – Rp110 ribu/kg – KKP

Panen Lebih Cepat

Toha menyampaikan, BPBL Batam memberikan bantuan benih bawal hibrid kepada pembudidaya di Kepri dan beberapa daerah di Kalimantan Selatan. Pembudidaya yang diberikan bantuan benih bawal hibrid merasa senang dengan bawal yang mereka sebut bawal sakti itu karena memiliki atraktif pertumbuhannya cepat.

 

Dalam waktu 5-6 bulan bawal hibrid sudah bisa dipanen sementara bawal bintang membutuhkan waktu 7-8 bulan untuk panen. Kemudian, tingkat kelangsungan hidupnya (survival rate – SR) bisa mencapai 85-90 persen sedangkan SR bawal bintang 60-70 persen.

 

Selain itu, biaya produksi bawal hibrid sedikit berkurang karena nilai konversi pakan (feed conversion ratio – FCR) 2 – 2,3 sementara FCR bawal bintang 2,3 – 2,5. Daya tarik lainnya ialah rasa dan dagingnya lebih tebal lalu performa kualitas produknya lebih premium dibandingkan bawal bintang.

 

“Sehingga, harga bawal hibrid bisa mencapai Rp100 ribu – Rp110 ribu per kg sementara harga bawal bintang Rp95 ribu per kg,” ungkap Toha.

 

Hingga BPBL Batam saat ini telah berhasil memproduksi sekitar 200 ribu ekor benih bawal hibrid untuk memenuhi permintaan benih di Kepri, antara lain di Kabupaten/kota Batam, Meranti, Bintan dan beberapa provinsi lainnya seperti Lampung, Bali, Kotabaru Kalimantan Selatan dan Jepara.

 

Selain pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidupnya, pembudidaya memberikan testimoni, kelebihan bawal hibrid yaitu omzet yang diperoleh lebih besar dibandingkan membudidayakan benih bawal bintang, bisa sekitar 2 kali lipat. Pasalnya, bawal hibrid lebih disukai restoran-restoran karena mempunyai kualitas produk premium.

 

Di saat pandemi Covid-19, permintaan benih bawal hibrid di Kepri terus berdatangan. Bahkan, negara tetangga seperti Malaysia, Singapur, dan Thailand sudah memesan benihnya juga. Harga bawal juga relatif stabil meskipun pandemi dan ikan ini sudah menjadi primadona di Kepri.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here