Badan Pangan Nasional (National Food Agency, NFA) terus mendorong percepatan stabilitas dan ketersediaan pangan nasional. Salah satunya, melalui optimalisasi kinerja organisasi dengan pengisian pejabat dan pegawai di lingkup NFA.

 

Pengisian organisasi tersebut melengkapi seluruh struktur NFA dan menjadi modal utama untuk mempercepat pelaksanaan berbagai program stabilisasi dan ketersediaan pangan nasional.

 

Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi mengatakan, saat ini NFA telah melantik seorang orang pejabat administrator dan 8 orang pejabat pengawas, serta seluruh pegawai di lingkungan Badan Pangan Nasional berdasarkan Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara tentang Mutasi Pegawai ke Badan Pangan Nasional.

 

Pelantikan ini pun melengkapi seluruh organ Badan Pangan Nasional. Sebelumnya, Arief melantik 16 pejabat yang terdiri dari pejabat tinggi madya atau eselon I sejumlah 3 orang dan pejabat tinggi pratama atau eselon II sebanyak 13 orang, pada 30 Juni 2022.

 

“Dengan demikian, Badan Pangan Nasional sudah siap untuk berlari kencang dalam menyelesaikan permasalahan pangan yang ada,” ujarnya usai pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan pejabat administrasi dan pegawai lingkup NFA, Selasa (26/7) di Depok, Jawa Barat.

 

Menurut Arief, jajarannya mengemban tanggung jawab untuk memastikan stabilisasi dan ketersediaan pangan. Apalagi, saat mencuatnya isu krisis pangan belakangan ini.

 

Di tengah isu krisis pangan global akibat dinamika geopolitik Rusia dan Ukraina, perubahan iklim, dan pandemi Covid-19, imbuh Arief, NFA telah mempersiapkan berbagai program strategi untuk mengamankan ketersediaan pangan nasional. Salah satunya, program pengawalan stabilisasi pasokan gula dengan menjaga kepastian harga baik di tingkat petani maupun konsumen dan pendistribusian gula ke wilayah rawan pangan melalui kolaborasi bersama Perum BULOG, ID FOOD, dan asosiasi.

 

“Saat ini pabrik gula diminta membeli Rp 11.500/kg dengan harga acuan Rp 13.500/kg di tingkat konsumen, penyesuaian naik Rp1.000/kg dari tahun lalu. Selain itu, NFA juga mendorong perbaikan kegiatan on farm dan off farm secara detail,” ujarnya.

 

Program lainnya adalah mendorong penganekaragaman konsumsi pangan lokal. “Substitusi pangan impor menjadi pangan lokal bukan hanya menjaga ketersediaan bahan pangan, melainkan juga menghemat devisa negara. Jika kita bisa melakukan substitusi pangan yang berbahan baku gandum seperti terigu menjadi tepung beras dan singkong sebanyak 10% saja, itu telah sama dengan saving 2,4 triliun rupiah per tahun,” jelas Arief.

 

Arief menuturkan, program strategis lainnya yang sedang dipersiapkan adalah penyaluran Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) yang saat ini masih dibahas bersama kementerian dan lembaga terkait. Upaya ini bertujuan stabilisasi harga komoditas strategis melalui penjualan di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET).

 

“Program ini sejalan dengan arahan Presiden RI Joko Widodo untuk melakukan optimalisasi stok pangan yang tersedia guna menjaga stabilisasi dan ketersediaan pangan,” ungkapnya.

 

Sebelumnya, presiden dalam arahannya mengatakan pemerintah Indonesia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan. NFA menyambut arahan tersebut dengan memperkuat organisasi secara internal dan melakukan kolaborasi ekternal.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here