Anak-anak tambak milenial Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo, Jawa Timur berhasil mengaplikasikan budidaya udang vaname menggunakan teknologi Millennial Shrimp Farming (MSF). MSF merupakan salah satu teknologi dalam meningkatkan produktivitas budidaya udang.

 

“Saya apresiasi atas kemauan dan keberhasilan dari anak-anak tambak millenial Situbondo yang mampu mengaplikasikan teknologi MSF di dunia usaha budidaya udang,” kata TB Haeru Rahayu Dirjen Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

 

Tebe menjelaskan, keunggulan utama tambak MSF adalah sistem pencatatan data secara digital sehingga setiap mengambil keputusan didasarkan pada data teknis yang terukur. Penerapan teknologi digital ini meliputi pengecekan kualitas air, biomassa, pakan harian, serta pertumbuhan harian.

 

Dengan begitu, petambak tak perlu lagi melakukan pengecekan secara manual. Digitalisasi juga didukung oleh aplikasi budidaya berbasis data (smart farming). “Teknologi MSF ini memang pas buat anak-anak zaman now istilahnya, karena budidaya udang dengan teknologi MSF sarat dengan digital. Dan, anak-anak sekarang memang melek digital makanya ini cocok buat anak-anak muda yang mau terjun di usaha budidaya udang vaname,” urainya.

 

Selain dekat dengan digitalisasi, tambah Tebe, konstruksi budidaya udang sistem MSF lebih fleksibel yang bisa dibongkar-pasang. Di samping itu, produktivitas bisa mencapai 28-30 ton per hektar dengan masa pemeliharaan 90 hari mencapai size 50. Otomatis keuntungan bisa lebih besar.

 

“Keberhasilan anak-anak tambak milenial di BPBAP Situbondo bisa menjadi rujukan buat anak-anak muda yang baru terjun di usaha budidaya udang,” kata Dirjen.

 

Teknologi MSF sejalan dengan strategi dalam pencapaian target produksi udang nasional sebesar 2 juta ton di tahun 2024. “Dengan kita semua bergandengan dan bersinergi, maka kita yakin target produksi tersebut dapat kita capai bersama,” harapnya.

 

Wendy Tri Prabowo, Kepala Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIUUK) Karangasem yang sebelumnya menangani tambak MSF Situbondo menjelaskan, teknologi yang dikembangkan di MSF BPBAP Situbondo mulai dari sistem yang paling sederhana. Teknologi yang dikembangkan itu berupa oximix dan oxibam yang dikolaborasikan dengan jumlah padat tebar udang tinggi (hyper density).

 

Dalam penerapan oxibam dan hyper density, selain oksigen, fitur-fitur dalam komposisi probiotik, mineral, dan lainnya juga berperan penting.

 

“Dari data yang ada dengan MSF tersebut, hasil yang kami peroleh sangat baik. Produksi udang vaname dengan menggunakan oxibam sangat tinggi dengan kepadatan tebar 1.000 ekor/m3 dengan masa pemeliharaan 60 – 70 hari dengan produktivitas 80-90 ton per hektar,” ungkapnya.

 

INAP

Selain dukungan teknologi digital, perlu kolaborasi dengan semua pihak agar strategi yang sudah dibangun berjalan dengan baik, termasuk kolaborasi dengan stakeholder, pelaku usaha dan pemerintah daerah. Seperti, Indonesian Naval Aquaagriculture Program (INAP) sebagai program TNI Angkatan Laut berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan sektor swasta.

 

“Kami sangat mendukung program yang dijembatani oleh TNI AL ini dalam rangka peningkatan produksi sektor kelautan dan perikanan, khususnya peningkatan produksi udang nasional. Apalagi, sejalan dengan konsep blue economy di mana ekologi dan pertumbuhan ekonomi berjalan seimbang,” papar Tebe.

 

Ia melanjutkan, anak-anak milenial yang selama setahun belajar di BPBAP Situbondo ini bisa terjun langsung di Program INAP. Mereka bisa menjadi pengajar buat teknisi-teknisi yang baru masuk bergabung di Program INAP.

 

Menurut Wakasal Laksamana Madya Ahmad Heri Purwono, Program INAP merupakan program kolaborasi antara TNI AL, pemerintah daerah, tenaga ahli, dan pihak swasta. Bentuknya adalah pengembangan budidaya laut dalam mewujudkan program kampung bahari.

 

Ia menambahkan, pengembangan usaha budidaya tambak udang menggunakan prototipe BPBAP Situbondo memiliki beberapa keunggulan. Yaitu, efisien tempat dan mempekerjakan tenaga kerja lokal. Selain itu, beberapa dari tenaga kerja tersebut sudah dilatih sebelumnya di BPBAP Situbondo. “Ini akan menjadi cikal bakal program INAP yang lain nantinya,” tutur Wakasal.

 

Program INAP akan memperdayakan perusahan-perusahaan daerah dalam pascaproduksi, penjualan, dan sebagainya.  “Harapannya hasil dari program INAP ini nantinya bisa masuk pasar global sehingga mampu menambah devisa negara,” jelasnya.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here