Tahun 2021 nilai ekspor industri pengolahan hortikultura, termasuk industri pengolahan buah, mencapai USD383 juta. Nilai tersebut meningkat 22,79% dibanding tahun sebelumya, sebesar USD312 juta.

 

Menurut Direktur Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, beberapa industri pengolahan buah sudah berorientasi ekspor semenjak awal mula berdiri. Bahkan, pada 2021 nilai ekspor industri agro mencapai USD64,55 miliar yang di antaranya disumbang oleh industri pengolahan buah.

 

Di Indonesia terdapat enam industri pengolahan buah skala kecil dan menengah dengan total kapasitas produksi sebesar 5.500 ton per tahun. Di sektor hilirnya, ada 41 perusahaan dengan total kapasitas produksi mencapai 430 ribu ton per tahun.

 

Putu meyakini, industri pengolahan buah dalam negeri sudah mampu memenuhi permintaan pasar luar negeri, terutama dari segi kualitas. Salah satu perusahaan yang patut diapresiasi adalah PT Fruit Ing Indonesia di Gresik, Jatim yang telah mengembangkan pasar ke beberapa negara seperti Spanyol, Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan.

 

“Kami melihat langsung proses produksi di sana cukup baik dengan standar dan teknologi yang digunakan. Kami juga mengapresiasi karena perusahaan ini mampu menembus pasar dari negara-negara yang terkenal dengan persyaratan yang ketat,” paparnya.

 

Dalam produksinya, industri pengolahan buah dalam negeri umumnya sudah bermitra dengan petani atau koperasi buah lokal untuk mendapatkan bahan baku. Kemitraan sebagai upaya industri untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku, meningkatkan pemanfaatan dan nilai tambah sumber daya lokal, serta berperan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan petani.

 

“Kami dari pemerintah mendorong industri pengolahan buah dalam negeri untuk menjalin kemitraan dengan petani lokal untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan mendukung program substitusi impor,” terang Putu.

 

Dengan awalan melakukan makloon untuk pasar ekspor, perusahaan mampu meningkatkan kualitas dan kapasitas produksinya mengikuti standar luar negeri. Setelah itu, pasar dalam negeri akan mengikuti. Strategi ini, tandas Putu, dapat dicontoh oleh perusahaan lainnya untuk melakukan ekspansi bisnis.

 

Managing Direktor PT Fruit Ing Indonesia, Iwan Winardi mengatakan, selain memproduksi end product, perusahaannya juga memproduksi produk antara (intermediate products) yang menjadi bahan baku bagi industri hilir berupa puree buah, dried fruit, dan individual quick frozen (IQF) food.

 

Produk antara pengolahan buah memiliki peluang pengembangan yang besar. Dengan volume produksi buah segar yang besar, dapat diproses menjadi produk antara untuk memenuhi kebutuhan sektor hilir dalam rangka mengurangi impor.

 

Indonesia punya potensi buah lokal dengan jumlah produksi sangat besar yang perlu diolah lebih optimal. Di antaranya pisang dengan jumlah produksi 7,2 juta ton per tahun, mangga 2,6 juta ton, jeruk siam 2,4 juta ton, nanas 1,8 juta ton, dan pepaya 887 ribu ton.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here