Menghadapi persoalan sampah plastik perlu aksi nyata. Setelah diterapkan oleh berbagai usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Lombok, NTB, kali ini Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Coral Triangle Center (CTC) memberikan alih teknologi pengolahan kemasan dan sedotan rumput laut di Nusa Penida, Bali.

 

“Sebagai daerah wisata, tentu kita juga ingin Bali dikenal sebagai daerah yang ramah lingkungan dan alih teknologi ini jadi bukti konkret dukungan kami untuk ekowisata Bali,” ujar Direktur Jenderal PDSPKP, Artati Widiarti dalam keterangannya di Jakarta.

 

Kemasan dan sedotan biodegradable, Artati mengungkapkan, merupakan hasil inovasi Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan (BBP3KP), UPT di bawah Ditjen PDSPKP. Berasal dari bahan nabati yakni rumput laut, bioplastik dapat terurai di dalam tanah.

 

“Kita ingin menjawab permasalahan sampah plastik yang kini berjumlah 66 juta ton per tahun berdasarkan data BPS di tahun 2021,” sambungnya.

 

Widya Rusyanto, Kepala BBP3KP memaparkan, inovasi ini menjadi pilihan yang efektif dan efisien dengan mengedepankan pemanfaatan potensi rumput laut sekaligus menghasilkan kemasan dan ramah lingkungan yang tidak menghasilkan sampah (zero waste). Terlebih, Indonesia merupakan salah satu penghasil rumput laut terbesar di dunia.

 

“Rumput laut merah merupakan bahan utama untuk membuat bioplastik. Jadi, kita optimis Indonesia memiliki peran besar dalam pengembangan kemasan biodegradable dan sedotan dari rumput laut guna mengatasi krisis plastik global,” jelas Widya.

 

Kepala Unit Pelaksana Teknis Kawasan Konservasi Perairan Bali, I Nengah Bagus Sugiarta menyambut baik alih teknologi kemasan dan sedotan ramah lingkungan. Selain meningkatkan kapasitas kelompok masyarakat, alih teknologi ini bisa memberi nilai tambah rumput laut dan menjaga kelangsungan kawasan konservasi Nusa Penida dalam mengurangi timbunan sampah plastik.

 

“Kami kira program COREMAP-CTI-Grant Package 4 yang menggandeng BBP3KP ini sangat bermanfaat bagi pengembangan wisata di Bali,” ucap Bagus.

 

Alih teknologi kepada masyarakat Bali diikuti 30 peserta yang terdiri dari berbagai kelompok seperti akademisi, kelompok pengolah, nelayan, PKK, Kelompok Wanita Tani (KWT), dan instansi pemerintah.

 

Evi Nurul Ihsan, Coremap CTI-ADB Project Coordinator menyampaikan, COREMAP-CTI melakukan pengembangan usaha ekonomi, termasuk kegiatan pelatihan keterampilan, penyediaan sarana dan prasarana, penyiapan rencana dan jejaring bisnis.

 

“Semoga kerja sama ini tetap berlanjut dan masyarakat juga dapat mengembangkan produk ramah lingkungan ini,” katanya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here