Mengamati pergerakan harga kedelai impor yang terus menanjak, Kelompok Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) berembug untuk menyelesaikan persoalan ini.

 

Yadi Sofyan Noor, Ketua Umum Kelompok KTNA Nasional menjelaskan, KTNA siap mendukung apa yang dilakukan Pemerintah dalam rangka penyediaan kedelai. Yang terpenting adalah jaminan pasar dan ketersediaan benih.

 

“Selama ini kan kedelai kita lebih banyak impor. Data yang kita pegang ‘kan 90% kedelai kita impor dan itu tidak kita sadari selama ini.  Makanya kita akan bersama-sama merumuskan ambil langkah seperti tahun 1992 kita pernah lakukan itu supaya petani bisa mencukupi kebutuhan kedelai,” ulasnya (25/2).

 

Hasil konsolidasi dengan anggota KTNA, Yadi menjelaskan, petani meminta pemerintah melakukan pengendalian impor dan memberikan jaminan harga kedelai lokal. Jaminan harga ini untuk keberlanjutan produksi kedelai lokal.

 

Ali, petani sekaligus Ketua KTNA Grobogan, Jawa Tengah mengatakan, saat ini harga kedelai sedang bagus sehingga petani mulai menanam kembali kedelai. “Petani perlu adanya jaminan harga. Jika harga menguntungkan, tanpa diberi bantuan pun saya yakin petani akan semangat kembali menanam kedelai,” ujarnya.

 

Grobogan adalah salah satu sentra kedelai di Indonesia. Petani sudah menerapkan sistem pertanaman kedelai yang lebih efisien dengan produktivitas tinggi, sekitar 2,5 ton/ha.

 

Menurut Ali, kenaikan harga kedelai mulai terjadi tahun 2019 akibat dampak Pandemi Covid-19. Pertanaman kedelai di wilayahnya saat itu sekitar 10-15 persen dari areal yang tersedia seluas 28 ribu ha.

 

Tahun 2020 pun ada sedikit peningkatan harga. Kemudian, area pertanaman kedelai naik lagi di tahun 2021 mencapai 40%-50% dari areal yang ada. Tahun ini, ia memperkirakan, 70% dari luas areal tertanam kedelai lagi.

 

Agar produksi menghasilkan panen yang menggembirakan, perlu mengoptimalkan penggunaan benih berkualitas. Jika bantuan benih bisa ditingkatkan menjadi 60 kg/ha dengan daya tumbuh minimal 85%, maka akan bisa dicapai produksi 2,5 ton/ha. “Kalau benih tidak berkualitas maka hasil per hektar juga tidak akan terpenuhi,” ulasnya

 

Sudarwanto, Ketua KTNA Blora, Jawa Tengah juga sependapat. Kepastian pasar dan harga sangat penting bagi petani.

 

Ia menekankan, keterbatasan benih kedelai dengan masa dormansi yang sangat pendek (1 bulan) menjadi hal yang perlu diperhatikan bersama. Untuk budidaya kedelai, petani di Blora akan mengembangkan tanam kedelai sistem methuk, khususnya untuk kedelai hitam.

 

“Jadi, bulan Oktober tanam jagung. Lalu, 1 bulan mau panen bawahnya disemprot herbisida untuk ditanam kedelai. Saat panen jagung, maka kedelai mulai tumbuh,” jelasnya.

 

Terkait kenaikan harga kedelai, Widodo, Penangkar kedelai dari LMDH Blora menambahkan, masyarakat di LMDH sudah gemar menanam kedelai karena harga yang sedang bagus.

 

“Kendala saat ini musim hujan, panen kurang optimal. Selain itu, alsintan juga baru punya 1 thresher. Namun demikian petani di sini sedang semangat tanam kedelai. Bahkan, ke depan saat MT 2 kami akan mengajukan bantuan benih  seluas 40 ha untuk pertanaman bulan Maret dan April,” terangnya.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here