Menjadi salah satu negara penghasil rumput laut terbesar di dunia, Indonesia berpeluang menjawab permasalahan sampah plastik global. Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (PDSPKP KKP), Artati Widiarti menerangkan, pihaknya telah melakukan perekayasaan kemasan berbasis rumput laut sejak 2016 dalam bentuk edible film, edible coating, serta kemasan biodegradable pada tahun 2019.
“Kita juga telah melakukan transfer teknologi kemasan rumput laut kepada beberapa pelaku usaha antara lain UKM Pusaka Hati (Mataram), UKM Setiabudi (Lombok Tengah), Mina Horti (Lombok Timur), UKM Saluyu (Sukabumi), dan CV Panda Food (Sleman),” kata Artati.
Bahkan, ulas Artati, UKM Pusaka Hati sudah memproduksi massal kemasan biodegradable “Seaweed Bag”. Sementara, UKM lainnya menerapkan edible coating untuk kemasan dodol rumput laut.

Untuk mendorong penerapan rumput laut sebagai pengganti kemasan plastik, KKP terus menyempurnakan inovasi. Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan (BBP3KP), UPT Ditjen PDSPKP menggandeng tim peneliti dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK Unpad).
“Kita berdiskusi dalam pengembangan kemasan biodegradable berbasis rumput laut yang terjangkau dan bisa diterapkan secara masif,” jelas Artati.
Sementara itu, Kepala BBP3KP, Widya Rusyanto menerangkan aspek yang perlu ditingkatkan dalam penyempurnaan kemasan biodegradable. Yakni, teknik pencetakan, teknik pengeringan, dan karakteristik kemasan dalam menahan laju transmisi uap air.
Saat berkunjung ke FPIK Unpad beberapa waktu lalu, tim BBP3KP menyempatkan diri melihat Pusat Unggulan IPTEK Perguruan Tinggi (PUI-PT) Functional Nano Powder (FINDER U-CoE) dalam rangka mempelajari proses teknologi nano untuk menyempurnakan bioplastik yang sudah ada.
“Penyempurnaan kemasan ramah lingkungan tentu bukan pekerjaan yang mudah jika hanya dilakukan oleh satu institusi saja, sehingga dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak,” ujar Widya.

Usulan tersebut direspon positif Wakil Dekan FPIK Unpad, Rita Rostika. Menurut Rita, yang dilakukan KKP melalui BBP3KP merupakan upaya pengembangan teknologi berbasis pentahelix atau multipihak yang melibatkan unsur pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat, dan media.
“Inisiasi kegiatan ini sejalan dengan kesepakatan bersama antara KKP dan Unpad dalam ruang lingkup penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek di bidang kelautan dan perikanan. Semoga pihak BBP3KP, FPIK Unpad dan PUI Finder Unpad dapat segera membuat Memorandum of Agreement (MoA) dalam penyempurnaan rekayasa kemasan bioplastik rumput laut agar kerja sama kegiatan yang sudah digagas bisa segera terlaksana,” tandas Rita.