Peningkatan produksi daging sapi nasional perlu suatu terobosan di berbagai tantangan. Pemerintah berupaya meningkatkan produksi daging sapi di dalam negeri, salah satunya melalui program terobosan sistem integrasi sapi dengan sawit.
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Kementan), Nasrullah mengatakan, pengembangan sapi dengan sistem integrasi sawit merupakan salah satu terobosan untuk menghadapi tantangan dalam pemenuhan kebutuhan daging sapi di dalam negeri. Menurut Dirjen, program ini didasari minimnya lahan budidaya sapi bagi peternak.
“Saat ini masih sedikit lahan khusus bagi usaha peternakan. Sehingga, sangat tergantung dari sumber pakan ternak yang ada di sekitar lokasi peternak dan dilepas di areal lahan kosong dengan kualitas pakan yang rendah. Sistem pemeliharaan ini tentunya yang harus kita tingkatkan, kita contoh sistem pemeliharaan ternak di negara maju,” urainya.
Nasrullah menjelaskan, sistem usaha pembiakan sebagai penghasil sapi bakalan di negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Brasil, dan Argentina memiliki lahan penggembalaan yang luas.
“Mari kita manfaatkan perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang luas ini untuk diintegrasikan dengan sapi”, imbuhnya pada acara 1st Stadium General Peluang dan Tantangan Implementasi Model Komersial dan Kemitraan Inti-Plasma, Selasa, (23/2).
Pembiakan sapi di lahan perkebunan kelapa sawit diharapkan dapat memberikan aliran pendapatan tambahan bagi pemiliknya, bisa mengurangi biaya produksi, serta meningkatkan produktivitas dan keuntungan bagi pelaku industri.
Saat ini luas perkebunan sawit di Tanah Air mencapai 16,38 juta ha di 26 provinsi, yang terdiri dari perkebunan rakyat, BUMN, dan perkebunan swasta. Kemudian, yang telah dimanfaatkan untuk integrasi mencakup kawasan seluas sekitar 132 ribu ha yang tersebar di 15 provinsi dengan total populasi sapi yang dikembangkan mencapai 66 ribu ekor.
“Program integrasi sawit-sapi dapat memberikan nilai tambah bagi para pekebun dan sekaligus meningkatkan populasi sapi di dalam negeri,” terang Nasrullah.
Ia menambahkan, usaha integrasi sawit-sapi juga bisa berkontribusi positif bagi pengembangan sistem pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) dan memberikan citra positif bagi komoditas kelapa sawit Indonesia dalam tataran global.
Dukungan Daerah
Kepala Dinas Perkebunan dan peternakan Provinsi Kalimantan Selatan, Suparmi mengatakan, salah satu program dalam percepatan penyediaan daging sapi atau dikenal SISKA KUINTIP (Sistem Integrasi Sawit-Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Inti-Plasma) akan terus didorong untuk diimplementasikan oleh Perusahaan Besar Swasta (PBS) Kelapa Sawit di Kalimantan Selatan.
Program ini juga didukung dengan Pergub Nomor 53 Tahun 2021 tentang Percepatan Swasembada Sapi Potong Melalui Program Integrasi Sapi-Sawit. Selain itu, sedang disusun Perda Pembangunan Perkebunan Berkelanjutan yang didalamnya juga mengatur implementasi integrasi sapi-sawit.
“Kami beharap program model seperti ini dapat berjalan baik untuk percepatan penyediaan daging sapi,” ucap Suparmi.
Sementara itu, Direktur Pakan Ditjen PKH Kementan, Agus Sunanto mengatakan, pemanfaatan biomassa pakan, khususnya dari perkebunan sawit ke depannya akan semakin ditingkatkan. Namun, tetap memperhatikan aspek mutu dan keamanan sebagai bentuk komitmen Kementan dapat menyediakan pakan yang terjangkau, berkualitas.
Ia menjelaskan, pengembangan ternak sapi potong akan terus berupaya mengarah pada sistem integrasi sapi sawit. Lantaran, dalam implementasinya sistem tersebut masih belum berjalan optimal dan perlu dukungan dari berbagai pihak.
“Kami menyampaikan apresiasi beberapa perusahaan yang telah menerapkan integrasi sawit-sapi untuk memajukan peternakan nasional,” pungkasnya.